Kolonodale, MCDD – Kabupaten Morowali Utara pada Hari Kesehatan Nasional (HKN) ke-58 Tahun 2022, kembali menorehkan prestasi nasional atas karya-karya inovatif di bidang pelayanan kesehatan oleh salah seorang aparatur kesehatan yakni Dokter Mawar Handayani.
Lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia (UMI) Makassar 2017 ini mengabdi sebagai dokter umum pegawai negeri (ASN) di Puskesmas Wongko Ndaya, Desa Lemo, Tanah Wana, Kecamatan Bungku Utara, Kabupaten Morut, sejak empat tahun terakhir.
Ia mendapatkan penghargaan dari Menteri Kesehatan sebagai salah satu Dokter Teladan Nasional pada Puncak Peringatan HKN ke-58 di Jakarta pada 12 November 2022.
Penghargaan bagi perempuan kelahiran Soppeng, Sulsel, 30 April 1992 itu diberikan sehubungan dengan karya inovatif yang dilakukannya di Tanah Wana yang penduduknya sebagian besar adalah masyarakat terasing, terpencil dan terisolir.
Istri dari dokter Mufid Ikramullah yang bertugas di Puskesmas Matao di Kecamatan Bungku Utara ini menerapkan kiat pelayanan kesehatan kepada masyarakat dengan konsep yang disebutnya ‘Bersalin senang, aman dan lancar di fasilitas kesehatan’ yang disingkat dengan akronim “Berselancar Sehat”.
Inovasi yang diterapkannya ini disertakan dalam seleksi karya-karya inovatif aparatur kesehatan oleh Kemenkes pada HKN 2022. Karya inovatif Handayani ini sangat sesuai dengan thema HKN 2023 yakni ‘Mendekatkan Pelayanan Kesehatan kepada masyarakat”.
Inovasi ini juga sangat relevan dengan kebutuhan masyarakat setempat serta kondisi SDM dan sarana prasarana pelayanan yang terbatas serta sejalan dengan program Pemda Morut mewujudkan masyarakat yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera di bawah kepemimpinan Delis J. Hehi dan H. Djira sebagai Bupati dan Wabup Morut.
Menurut Handayani, inovasi ini muncul dibenaknya setelah melihat kondisi kesehatan, ekonomi dan sosial masyarakat serta kondisi geografis yang sulit transportasi di wilayah operasional Puskesmas Wongko Ndaya.
Menurut dia, banyak warga yang tidak melakukan persalinan di unit-unit layanan kesehatan, khususnya Puskesmas Wongko Ndaya karena sulitnya akses yang bisa dijangkau warga baik ke fasilitas kesehatan maupun ke tenaga kesehatan baik karena pengetahuan maupun karena sulitnya akses jalan darat.
Selain itu kerja sama aparatur lintas sektor masih lemah, kualitas SDM di dusun belum memadai, peningkatan (update) pengetahuan aparatur kesehatan desa lambat serta masih kurangnya sosialisasi kepada masyarakat.
Karena itu, dalam inovasi yang sedang berjalan ini, ujar Handayani, ia menerapkan konsep pemecahan masalah antara lain memperkuat koordinasi dengan aparatur lintas sektor terutama pemerintah kabupaten, camat, kepala desa, kepala Puskesmas.
“Kepada pemerintah desa diminta membuat peraturan yang mengharuskan masyarakat bersalin di fasilitas kesehatan. Selain itu, mendata masyarakat agar semuanya bisa terlindungi dalam program Morut Sehat yang bekerja sama dengan BPJS Kesehatan,” ujarnya.
Cara lain adalah memanfaatkan secara maksimal rumah tunggu yang disediakan oleh Puskesmas Wongko Ndaya. Rumah tunggu ini disiapkan untuk keluarga pasien yang akan menjalani perawatan di Puskesmas sehingga tidak perlu bolak-balik ke desa mereka yang jaraknya cukup jauh dan sulit dijangkau dengan kendaraan.
Inovasi ini juga akan meningkatkan pelaksanaan workshop dengan materi pentingnya perawatan ibu dan janin selama kehamilan (ANC) serta penanganan kegawatdaruratan maternal-neonatal (matneo) serta menggencarkan sosialisasi dan edukasi ke desa-desa bekerja sama dengan bidan desa dan aparat desa.
“Saya berharap lewat inovasi ini, kualitas kesehatan masyarakat akan terus membaik yang ditandai dengan makin banyaknya persalinan di faskes, turunnya angka kematian bayi dan ibu melahirkan, nihilisasi kasus stunting serta turunnya angka penderita penyakit tertentu seperti tuberkolosis yang masih relatif tinggi prevalensinya,” ujarnya. (RoMa/Ryo)